Indoesia
Merdeka ???
“Merdeka”
kata yang begitu sering terdengar dan terucap di banyak tempat (negara)
termasuk Indonesia. Tapi apa sih makna dari kata “merdeka” itu sendiri?
Sudah
mengertikah orang-orang dengan makna dari kata “merdeka” itu sendiri?
Kata
merdeka memiliki definisi yang berbeda bagi beberapa orang, dan ini arti dari
“merdeka” yang sudah saya kutip.
-
Menurut
kbbi.web.id merdeka itu bebas, bebas dari perhambaan dan penjajahan
-
Merdeka
adalah terbebas dari segala macam belenggu, aturan dan kekuasaan dari pihak
tertentu. Merdeka merupakan sebuah rasa kebebasan bagi makhluk hidup untuk
mendapatkan hak dalam berbuat sehendaknya. (blogspot.com)
-
Merdeka
menurut Ristanto Sumarsono dalam artikelnya di blogspot.com adalah apabila kita
dapat menjalankan apa-apa yang menjadi hak dan kewajiban kita dengan baik dalm
koridor ketentuan norma atau aturan dalam kehidupan bermasyarakat, beragama dan
bernegara.
Ada
pula pendapat lain yang saya dapat dari status yang saya tulis di facebook
tentang arti “merdeka”.
-
Merdeka
adalah keadaan dimana suatu negara ini mampu bangkit dari keterpurukan yang
melanda negara selama ini. (definisi ini diungkapkan oleh seorang siswi yang
baru masuk SMA)
-
Sedangkan
menurut salah seorang guru merdeka adalah penjara yang lebih luas.
Dari
beberapa definisi yang sudah saya sebutkan diatas, lalu apakah Indonesia sudah
merdeka?
Coba
kita tengok disekeliling kita, ejadian-kejadian yang kita temui setiap hari,
berita-berita yang kita baca dan kita lihat di media apa sudah menunjukkan
bahwa kita merdeka?
Dalam
kenyataannya negara ini belum merdeka. Negara ini masih dijajah, bukan hanya
bangsa asing yang menjajah namun juga bangsa kita sendiri. Kok bisa???
Kalau
kita cermati, Indonesia sebenarnya negara yang begitu kaya dan bahkan mungkin
bisa menyejahterakan rakyatnya. Tapi saat ini yang kita lihat kesenjangan
sosial dimana-mana.
Memang
benar ada banyak perusahaan-perusahaan besar, restoran mahal dan hotel
berbintang yang menyediakan lapangan pekerjaan. Tapi siapa dibalik semua itu?
Owner
dari tempat-tempat tersebut lebih banyak orang asing dibanding orang Indonesia
dan kita hanya sebagai pelayan.
Apa
tidak ada orang Indonesia yang kaya?
Oh
banyak, tapi sayangnya hanya mereka nikmati sendiri untuk memperbudak bangsanya
sendiri tanpa bersyukur sedikitpun.
Coba
lihat para pejabat kita atau pengusaha yang katanya punya banyak mobil, rumah
banyak dan investasi dimana-mana. Mereka gunakan uang mereka untuk berfoya-foya
dengan ‘mengiming-imingi’ gadis-gadis muda dengan uang, mobil bahkan rumah, dan
kalau uangnya sudah habisambillah uang rakyat atau pegawainya.
Belum
lagi para “Pegawai Negeri Sipil” yang sudah di bayar oleh negara untuk mengabdi
pada negara ini justru menghabiskan waktu di Mall atau bersantai-santai di
waktu jam kerja.
Ada
juga kasus lain yang bisa menunjukkan kalau bangsa ini belum merdeka seutuhnya.
Masih
ingat tentang kasus seorang ibu yang mengeluhkan pelayanan sebuah RS? Apa yang
terjadi pada sang ibu setelah keluhan itu terlihat di socmed?
Bukan
keadilan yang didapat tapi justru beliau yang harus membayar mahal atas
keluhannya tersebut bukan pihak RS. Keadilan masih kalah dengan uang dan
akhirnya kebebbasan pun terenggut.
Dan
untuk pendidikan, apakah Indonesia sudah benar-benar “merdeka” untuk bisa
mendapatkan pendidikan yang layak?
Coba
kita menengok lagi anak-anak yang hidup didaerah pinggiran/pedalaman, bebaskah
mereka mendapatkan pendidikan?
Anak-anak
itu harus berjuang untuk mendapatkan pendidikan. Jalan berkilo-kilo, melewati
sungai, naik-turun bukit, melewati jembatan yang sudah tidak layak disebut
jembatan. Tanpa kendaraan, tanpa alas kaki bahkan keselamatan mereka
pertaruhkan untuk bisa sampai disekolah.
Inikah
yang disebut merdeka?
Secara
umum Indonesia memang sudah merdeka sejak 17-08-1945, tapi tanpa disadari
sebenarnya kita belum merdeka.
Saat
ini sudah banyak lahan yang menjadi milik bangsa asing. Karena alasan ekonomi
banyak warga Indonesia menjual tanahnya pada orang asing yang tanpa mereka
sadari suatu saat mereka akan menjadi budak ditanah mereka sendiri.
Mahmudatun
Nadlifah
Selasa,
21 Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar