Cinta Di dalam gelas, sempat cancel baca novel ini karena tertarik mencoba hal baru akhirnya sekarang selesai juga bacanya. Novel karya Andrea Hirata ini tidak kehilangan pesonanya seperti novel-novel sebelumnya meski jujur saya belum baca buku pertamanya dari dwilogi ini yakni novel Padang Bulan, tapi meski begitu saya menikmati setiap kata dan cerita yang di tulis Andrea Hirata dalam buku ini.
Buku ini berkisah tentang perjuangan dan pengorbanan seorang gadis hingga ia menjadi wanita dewasa.
Di usianya yang masih belia dia harus banting tulang untuk bisa menghidupi keluarga dan memberikan pendidikan terbaik yang ia mampu bagi adik-adiknya.Ayahnya yang telah lama meninggalkan ia, Ibu dan ketiga adiknya membuatnya menjadi pribadi yang kuat. Enong(panggilan gadis itu) harus menjadi gadis pendulang timah sejak masa remaja, bahkan saat itu ia belum mengerti perhitungan timah yang diperolehnya hingga ia menjadi sasaran empuk untuk dicurangi. Beranjak dewasa ketiga adiknya menikah dan pulang kerumah suami masing-masing, dan tinggallah berdua ia dan ibunya dirumah sederhana mereka.
Demi membahagiakan ibunya, Enong menerima lamaran seorang lelaki yang tidak ia kenal sebelumnya dan berharap ia dan ibunya bahagia setelah itu. Tapi harapannya hancur Karena suami Enong sering bersikap kasar padanya hingga akhirnya dia tak mampu lagi mempertahankan rumah tangganya itu. Setelah berkisah dengan suaminya, Enong kembali kerumah dan tinggal bersama sang Ibu.
Suatu ketika, saat Enong berbincang dengan temannya, Ikal, Selamot dan Giok Nio ia mendapat ide untuk mengikuti pertandingan Hari kemerdekaan yg Cukup bergengsi di kampungnya yakni pertandingan catur. Kenapa harus pertandingan catur? Ya, karena dengan mengikuti kejuaraan catur di kampungnya itu ia bisa berhadapan melawan mantan suaminya yang dulu sering memperlakukannya dengan begitu kasar dan mungkin ia bisa mengalahkannya dengan elegan diatas papan catur yang selalu disombongkan oleh mantan suaminya itu, begitulah pikir Enong. Namun tak mudah bagi Enong utk bisa mengikuti pertandingan itu, karena sejak awal pertandingan itu ada hanya kaum lelaki yang boleh ikut dalam kejuaraan tersebut. Banyak penolakan yang harus ia hadapi, tapi tak sedikit juga yang mendukungnya. Selain itu, masalah yang paling utama adalah Enong sama sekali tak tau bagaimana permainan catur apalagi harus memainkannya, ini yang menjadi PR besar untuknya dan kawan-kawannya.
"Berikan aku sesuatu yang paling sulit, aku akan belajar," kata perempuan pendulang timah itu. Tekadnya sudah bulat dan ia berusaha keras untuk bisa bermain catur dengan baik dan mengalahkan sang mantan suami meski orang bilang itu tidak mungkin dan bahkan mustahil, Ikal yang memiliki teman seorang Grand Master catur dunia Cukup ambil andil dalam membantunya belajar bermain catur. Ikal menghubungi sang Grand Master untuk meminta bantuannya. Enong yang berkali-kali kalah dari Ikal akhirnya menang juga dan dari sanalah perkembangan permainan catur Enong semakin hari semakin bagus.
Hari terus berjalan dan waktu kejuaraan catur pun telah tiba, satu demi satu lawan Enong tumbangkan. Para penonton baik pendukung maupun lawan Enong dibuatnya kagum bahkan geram melihat kemampuan Enong dalam bermain, trik trik yang dibuat lawan untuk memenjatuhkannya pun Selalu gagal. Dan tibalah final kejuaraan tersebut, keinginan Enong pun untuk bertemu melawan mantan suami terkabul. Pertandingan begitu menegangkan bagi masing-masing pendukung, sang mantan suami masih saja angkuh dengan perangainya yang kasar. Permainan berjalan dengan alot, keduanya sama-sama kuat. Enong mulai terpojok, rajanya tersudutkan dan Enong pun terlihat mulai gelisah. Tapi entah apa yang terjadi tiba-tiba Enong mampu membalikkan permainan dan menyerang balik prajurit-prajurit Matarom (mantan suami Enong) dan "Skakmat" mati lah Raja yang congkak itu.
Keinginan kuat disertai kegigihannya dalam mempelajari catur membuahkan hasil dan semua bersorak sorai atas kemenangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar